PROPOSAL KERJA PRAKTEK
MEMPELAJARI SISTEM PERENCANAAN
PERSEDIAAN PRODUK PADA DIVISI FOOD
SEASONING DI PT AJIONOMOTO INDONESIA
Oleh:
KARBELA HENGGARININGTIAS
34413764
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2016
I. JUDUL
MEMPELAJARI SISTEM PERENCANAAN PERSEDIAAN PRODUK PADA DIVISI FOOD SEASONING DI PT AJIONOMOTO INDONESIA
II. PERSONALIA
2.1 PELAKSANA : Karbela
Henggariningtias
Mahasiswa semester 5 (lima) Jurusan Teknik Industri,
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma,
Depok.
2.2 PEMBIMBING : Ir. Farry Firman Hidayat, Msie
Staf
pengajar pada Jurusan Teknik Industri, Fakultas
Teknologi Industri, Universitas Gunadarma,
Depok.
III. LATAR BELAKANG
Semakin pesatnya ilmu serta teknologi yang semakin hari semakin
berkembang, memacu banyak perusahaan industri untuk selalu mengembangkan
produknya untuk menghadapi persaingan yang ada. Permasalahan yang sering
dihadapi adalah ketidakmampuan perusahaan dalam mengoptimalkan persediaan yang
dimiliki pada saat akan melakukan proses produksi. Untuk dapat bertahan dalam
persaingan tersebut, maka suatu perusahaan perlu melakukan perencanaan produksi
sebaik mungkin sehingga proses produksi dapat berjalan sebagaimana yang telah
direncanakan.
Perencanaan produksi yang
baik sangat dibutuhkan agar mampu menghasilkan produk yang memiliki kualitas
tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan permintaan konsumen. Perwujudan dari hal
tersebut, diperlukanlah material requirement planning. Material
requirement planning adalah suatu
perancangan dan pengelolaan sistem produksi yang baik pada perusahaan industri
yang terkait agar proses produksi dapat berjalan baik dan lancar. Sistem
produksi merupakan sistem yang mengatur kegiatan produksi dari bahan mentah
diproses hingga dapat menghasilkan
barang setengah jadi, barang jadi yang memiliki penambahan nilai dan dapat dipasarkan.
PT. Ajinonomoto Sukses Makmur
adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam industri pangan yang memproduksi
berbagai macam jenis makanan hingga pelengkap makanan. Seiring dengan luasnya
daerah pemasaran serta banyaknya permintaan produksi oleh konsumen, maka untuk
menjamin kelancaran proses produksi adalah sangat penting dilakukan perencanaan
persediaan produk untuk beberapa periode ke depan dan dilakukan perencanaa
produksi yang tepat sasaran.
IV. IDENTIFIKASI MASALAH
Indentifikasi masalah merupakan
masalah yang terdapat pada proses pengambilan data pada saat kerja praktek.
Bagaimana mengetahui sistem perencanaan persediaan produk pada divisi food seasoning.
V. PEMBATASAN MASALAH
Pembatasan masalah merupakan
batasan yang dilakukan pada saat melakukan kerja praktek. Perusahaan yang akan
diamati adalah PT. Ajinomoto yang berada di. Laksda Yos Sudarso, No. 77- 78, Sunter, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.
Pengambilan data dilakukan dibagian PPIC untuk divisi food seasoning. Pengambilan data yang dilakukan yaitu dengan cara
mengamati sistem perencanaan persediaan produk pada divisi food seasoning.
VI. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah merupakan
masalah apa saja yang terdapat pada proses kerja praktek. Pengambilan data yang
dilakukan yaitu dengan cara mengamati sistem perencanaan persediaan produk pada
divisi food seasoning.
VII. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian dari pengamatan
dalam kerja praktek dibuat agar pengamatan yang dilakukan tidak keluar dari
tujuan penelitian. Berdasarkan perumusan masalah berikut merupakan tujuan
penelitian.
1.
Melakukan pengamatan terhadap divisi food
seasoning yang dihasilkan pada PT. Ajinomoto Melakukan pengamatan terhadap berapa banyak
produk yang harus diproduksi oleh PT. Ajinomoto dalam periode tertentu.
2.
Melakukan pengamatan terhadap sistem perencanaan persediaan produk pada
PT. Ajinomoto untuk divisi food seasoning.
VIII. TINJAUAN PUSTAKA
Material
Requirement Planning (MRP) dapat didefinisikan
sebagai suatu teknik atau set
prosedur yang sistematis dalam penentuan kuantitas serta waktu dalam proses
pengendalian kebutuhan bahan terhadap komponen-komponen permintaan yang saling
bergantungan atau dependent demand items. Perencanaan kebutuhan material atau MRP
merupakan suatu konsep dalam manajemen produksi yang membahas cara yang tepat
dalam perencanaan kebutuhan barang dalam proses produksi. Teknik MRP dapat
digunakan untuk merencanakan bahan yang dibutuhkan dan diterima saat yang tepat,
dengan jumlah yang sesuai, dan tanpa menimbulkan persediaan yang berlebihan. (Herjanto, 2008)
Sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai
berikut yaitu. Meminimalkan persediaan, MRP menentukan berapa banyak dan kapan suatu
komponen diperlukan disesuaikan dengan jadwal induk produksi dan dengan metode
ini pengadaan atau pembelian atas komponen-komponen yang diperlukan untuk suatu
rencana produksi dapat dilakukan sebatas yang diperlukan saja sehingga dapat
meminimalkan biaya persediaan. Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi
atau pengiriman, MRP mengidentifikasi banyaknya bahan dankomponen yang
diperlukan baik segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang
produksi maupun pengadaan komponen sehingga dapat memperkecil resiko tidak
tersedianya bahan yang akan diproses yang dapat mengakibatkan terganggunya
rencana produksi. (Herjanto,
2008)
Komitmen yang realistis, dengan MRP jadwal produksi
diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan rencana sehingga komitmen terhadap
pengiriman barang dapat dilakukan secara lebih realistis, hal tersebut
mendorong meningkatnya kepuasan dan kepercayaan konsumen. Meningkatkan
efisiensi, MRP juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan,
waktu produksi, dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik
sesuai dengan jadwal induk produksi. Komponen dasar MRP terdiri atas jadwal
induk produksi, daftar material dan data persediaan. Berdasarkan informasi dari
jadwal induk produksi dapat diketahui permintaan dari suatu produk akhir, yang
selanjutnya dengan mengetahui komponen yang membentuk produk akhir itu, status
persediaan dan waktu tenggang yang diperlukan untuk memesan bahan atau merakit
komponen-komponen yang bersangkutan dapat disusun suatu perencanaan kebutuhan
dari komponen yang diperlukan. (Herjanto, 2008)
Keluaran MRP berupa jadwal pesanan pembelian komponen
kepada pemasok atau pesanan kepada bagian produksi untuk mengerjakan perakitan
komponen tertentu. Proses ini disebut pemecahan produk (product explosion) karena permintaan suatu produk akhir dipecah
kedalam permintaan dari berbagai komponen produk tersebut. Masing-masing
komponen dasar dari MRP dijelaskan lebih lanjut berikut ini. (Herjanto, 2008)
Jadwal induk produksi atau master production schedule (MPS) merupakan gambaran atas periode
perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog, rencana suplai atau penawaran, persediaan akhir, serta
kuantitas yang dijanjikan tersedia (available
to promise). MPS mengendalikan MRP dan merupakan masukan utama dalam proses
MRP. MPS harus dibuat secara realistis dengan mempertimbangkan kemampuan
kapasitas produksi, tenaga kerja dan subkontraktor. Daftar material merupakan
komponen dasar yang selanjutnya, daftar material merupakan definisi yang
lengkap tentang suatu produk akhir meiputi daftar barang atau material yang
diperlukan bagi perakitan, pencampuran, atau pembuatan akhir itu. Aplikasi MRP
dimulai dengan mengetahui komponen-komponen dari produk yang akan diproduksi
atau dirakit. Daftar dari produk dan komponennya yang diperlukan disebut
sebagai daftar material (bill of
materials, BOM). BOM dibuat sebagai bagian dari proses disain dan kemudian
digunakan untuk menentukan barang apa yang harus dibeli dan barang apa saja
yang harus dibuat. Hubungan antara suatu barang dan komponennya dijelaskan
dalam suatu struktur produk. Produk akhir atau parent item disebut sebagai item
level (jenjang) 0, sedangkan komponen pembentuk produk akhir disebut
sebagai item level 1, sub komponen
berikutnya disebut item level 2 dan
seterusnya. (Herjanto,
2008)
Istilah-istilah yang terdapat dalam MRP bermacam-macam
yaitu. Gross requirement (GR) atau
kebutuhan dasar adalah keseluruhan jumlah item atau komponen yang diperlukan
pada suatu periode. Schedule receipts
(SR) atau penerimaan yang dijadwalkan adalah jumlah item yang akan diterima
pada suatu periode tertentu berdasarkan pesanan yang telah dibuat. On-hand inventory (OI) atau persediaan
di tangan merupakan proyeksi persediaan yaitu jumlah persediaan pada akhir
suatu periode dengan memperhitungkan jumlah persediaan yang ada ditambah dengan
jumlah item yang akan diterima atau dikurangi dengan jumlah item yang dipakai
atau dikeluarkan dari persediaan pada periode tersebut. Project Available merupakan kuantitas yang diharapkan ada dalam
persediaan pada akhir periode dan tersedia untuk penggunaan dalam periode
selanjutnya. Net requirements (NR)
atau kebutuhan bersih adalah jumlah kebutuhan bersih dari suatu item yang
diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan kasar pada suatu periode yang akan
datang. Net requirement dan project available dihitung berdasarkan
formula berikut. (Gaspersz,
1998)
Project Available = On hand periode awal + SR + PORt + GR
NR = GR + Allocation + Safety Stock – SR – Project Avaible periode lalu
Planned order
releases (PO) atau pelepasan pemesanan yang
direncanakan adalah jumlah item yang direncanakan untuk dipesan untuk dapat
memenuhi perencanaan pada masa yang akan datang. Current inventory adalah jumlah material yang secara fisik tersedia
dalam gudang pada awal periode. Allocated
adalah jumlah persediaan yang telah direncanakan untuk dialokasikan pada
suatu penggunaan tertentu. Lead time
adalah waktu tenggang yang diperlukan untuk memesan atau membuat suatu barang
sejak saat pesanan atau pembuatan dilakukan sampai barang itu diterima atau
selesai dibuat. Lot size merupakan
kuantitas pesanan atau order quantity
dar item yang memberitahukan MRP berapa banyak kuantitas yang harus dipesan. Safety stock merupakan stok pengaman
yang ditetapkan oleh perencana MRP untuk mengatasi fluktuasi permintaan atau
penawaran. Planning horizon merupakan
bayaknya waktu ke depan yang tercakup dalam perencanaan. Kebutuhan untuk setiap
komponen yang diperlukan dalam melaksanakan MPS dengan menggunakan prosedur
sebagai berikut. (Herjanto,
2008)
1.
Melakukan analisis rencana
produksi produk akhir (level 0), dimulai dari penetapan kebutuhan kasar (GR)
yang jumlahnya sesuai dengan rencana produksi yang terdapat dalam MPS.
2.
Netting yaitu menghitung kebutuhan
bersih dari kebutuhan kasar dengan memperhitungkan jumlah barang yang akan
diterima, jumlah persediaan yang tersedia dan jumlah persediaan yang telah
dialokasikan.
3.
Menempatkan suatu pelepasan
pemesanan (PO) pada waktu yang tepat dengan cara menghitung mundur (backward scheduling) dari waktu yang
dikehendaki dengan memperhitungkan waktu tenggang perakitan atau pembuatan
akhir tersebut.
4.
Menjabarkan rencana produksi
produk akhir ke kebutuhan kasar untuk komponen-komponennya (level 1) dengan
memperhatikan kebutuhan per unit sesuai dengan daftar material (BOM). Komponen
level 1, kebutuhan kasar mengacu pada rencana pelepasan pesanan (PO) dari level
0.
5.
Proses analisis diteruskan ke komponen-komponen
level berikutnya sampai semua komponen telah dianalisis.
6.
Dibuatkan rangkuman yang
menunjukkan jadwal pembelian komponen dasar yang tidak dibuat atau dirakit oleh
perusahaan dan jadwal produksi jangka pendek per jenis item. Jadwal pembelian
disampaikan ke bagian pengadaan, sedangkan jadwal produksi disampaikan ke
lini-lini terkait.
Kebutuhan persediaan yang diketahui besarnya dan seragam
dari satu periode ke periode lain, ukuran lot yang optimal dapat dicari dengan
menggunakan metode kuantitas pesanan ekonomis (EOQ). Permintaan yang tidak
seragam, metode EOQ seringkali tidak memberikan hasil optimal. Metode lot untuk
lot (LFL), penyeimbang sebagian periode (PPB), dan kuantitas pemesanan periode
(POQ) merupakan metode-metode lain yang dapat memberikan hasil. Berikut
merupakan penjelasan dari metode-metode tersebut. (Herjanto, 2008)
Metode lot untuk lot (lot for lot, LFL) atau dikenal juga sebagai metode persediaan
minimal, berdasarkan pada ide menyediakan persediaan atau memproduksi sesuai
dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan diusahakan seminimal mungkin.
Jumlah pesanan sesuai dengan jumlah pesanan sesuai dengan jumlah yang
sesungguhnya diperlukan lot untuk lot ini menghasilkan tidak adanya persediaan
yang disimpan, sehingga biaya yang timbul hanya berupa biaya pemesanan saja.
Metode LFL mengandung resiko yaitu jika terjadi keterlambatan dalam pengiriman
barang, jika persediaan bahan baku mengakibatkan terhentinya produksi, jika
persediaan berupa barang jadi menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan
pelanggan. Perusahaan yang menjual barang yang tidak tahan lama (perishable products), metode ini
merupakan pilihan yang terbaik. (Herjanto, 2008)
Metode penyeimbangan sebagian
periode (part period balancing, PPB)
merupakan salah satu pendekatan dalam menentukan ukuran lot untuk suatu
kebutuhan material yang tidak seragam, yang bertujuan memperkecil biaya total
persediaan. Metode ini seperti EOQ, metode ini berusaha untuk membuat biaya
penyimpanan sama dengan biaya pemesanan. Berbeda dengan model EOQ metode ini
dapat menggunakan jumlah pesanan yang berbeda untuk setiap pesanan, yang
dikarenakan jumlah permintaan setiap periode tidak sama. Ukuran lot dicari
dengan menggunakan pendekatan sebagaian periode ekonomis (economic part period, EPP) yaitu dengan membagi biaya pemesanan
(biaya set up untuk kasus produksi)
dengan biaya penyimpanan per unit periode. (Herjanto, 2008)
Eqonomic order quantity
(EOQ) adalah teknik pemesanan
dalam manajemen pengadaan yaitu cara perhitungan pemesanan bahan baku sekali
pesan atau berangsur dengan biaya paling minimum. Variabel-variabel berikut ini
akan digunakan untuk menentukan biaya pesan, biaya simpan, dan menghitung
kuantitas pemesanan optimal. (Saleh, 2012)
Q = jumlah satuan per
pesanan
Q* = EOQ
D = kebutuhan bahan
baku (annual demand)
S = biaya pesan per
pesanan (set up/ordering cost)
H = biaya
simpan/unit/hari (holding/carrying cost)
OI = (Current
Inventory + SR) – NR
Keterangan:
OI = onhand
inventory merupakan proyeksi persediaan yaitu jumlah persediaan pada akhir
suatu periode dengan memperhitungkan jumlah persediaan yang ada ditambah dengan
jumlah item yang akan diterima atau dikurangi dengan jumlah item yang dipakai
atau dikeluarkan dari persediaan pada periode itu.
SR = schedule
receipt merupakan jumlah item yang akan diterima pada suatu periode tertentu
berdasarkan pesanan yang telah dibuat.
Current inventory = jumlah
material yang secara fisik tersedia dalam gudang pada awal periode.
NR = net
requirement atau jumlah kebutuhan bersih dari suatu item yang diperlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan kasar pada suatu periode.
EOQ memiliki kelebihan
dan kekuurangan yaitu. Kelebihan EOQ merupakan teknik yang mudah yang
memasukkan parameter biaya dan teknik yang menentukan trade off antara biaya
pesan, set up dan ongkos simpan. Kekurangan EOQ adalah metode yang mengabaikan
kemungkinan permintaan yang akan datang pada MRP. Teknik ini bukan teknik eksak
sehingga sering mengakibatkan adanya sisa dari persediaan sehingga akan
meningkatkan ongkos simpan. (Saleh, 2012)
IX. TATA LAKSANA
Tata pelaksanaan serta kegiatan kerja praktek
ini dilakukan berdasarkan waktu dan lokasi yang ditentukan. Waktu dan lokasi
dilaksanakan kerja praktek akan dilakukan.
Waktu
Kegiatan kerja praktek akan dilaksanakan pada tanggal 15 bulan Juli hingga 16 Agustus 2016.
Lokasi
PT. Ajinomoto
Indonesia yang
berlokasi JL.
Laksda Yos Sudarso, No. 77- 78, Sunter, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
X. METODOLOGI
Metodologi menjelaskan proses penelitian dan
pengambilan data yang dilakukan dalam kerja praktek.
1.
Studi Lapangan
Meliputi pengamatan
dan peninjauan terhadap proses pekerjaan yang sedang berlangsung. Wawancara
juga dilakukan terhadap pihak yang terkait dan membahas hasil data yang
didapatkan.
2.
Studi Pustaka
Meliputi pengumpulan
sumber-sumber laporan dari berbagai buku. Baik buku yang terdapat di
perpustakaan kampus, perpustakaan umum, perusahaan, dan dari berbagai referensi.
XI. LAPORAN
Laporan merupakan penyusunan pengambilan data pada proses produksi
berdasarkan kerja praktek yang akan disusun dalam bentuk tertulis. Laporan yang
telah ditulis dan disusun kemudian dilakukan bimbingan oleh dosen pembimbing.
XII. RENCANA JADWAL
KEGIATAN KERJA PRAKTEK PADA PT. AJIONOMOTO INDONESIA
Jadwal kegiatan kerja praktek yang dilakukan di PT. Ajinomoto Indonesia merupakan kegiatan yang dilakukan penulis dalam kerja praktek sampai
penulisan ilmiah selesai. Jadwal kegiatan kerja praktek yang dilakukan penulis
di PT. Ajinomoto
Indonesia adalah sebagai berikut.
Kegiatan
|
Agustus
– September 2015
|
|||
Minggu
I
|
Minggu
II
|
Minggu
III
|
Minggu
IV
|
|
1. Persiapan ke lapangan, pengenalan dengan staf dan karyawan, serta
pengenalan lingkungan pabrik.
|
||||
2. Mempelajari
gambaran umum perusahaan.
|
||||
3. Wawancara dan konsultasi dengan pihak terkait
|
||||
4. Mampelajari cara kerja dari operator.
|
||||
5. Mengumpulkan data yang diperlukan.
|
||||
6. Menyelesaikan tugas dan melengkapi data yang dibutuhkan.
|